Selasa, Juni 22, 2010

Kreativitas Modal Utama Bisnis

Dengan keuletan, Galuh (29) berhasil mengembangkan usaha kreatifnya dengan memanfaatkan barang bekas di rumahnya. Dia mengusung tema 'Save Our Earth'.

Coba Anda mengambil jeda sebentar. Bayangkan di depan Anda sudah ada tepung maizena, pewarna makanan dan lem fox. Mungkin Anda berpikir untuk segera membuat kue kering atau roti.
Tunggu dulu!!! Semua bahan itu bukan untuk dibuat makanan, melainkan sebuah produk kerajinan.
Semua bahan itu diaduk hingga menjadi clay, kemudian baru dibentuk sesuai bentuk yang diinginkan. Untuk mempercantiknya diberi pewarna makanan. Langkah berikutnya, jemur di terik matahari. Hap!, jadilah miniatur pemandangan alam bawah laut yang indah, lengkap dengan ikan-ikan dan tumbuhan laut dengan warna-warni yang ceria.
"Barang-barang di sini, sebagian hanya contoh. Karena baru akan diluncurkan nanti, sebulan jelang bulan Puasa. Untuk menyambut Lebaran nanti, kami punya sejumlah produk baru, antara lain glass painting dan berbagai produk dari bordir," ujar Siti Rachmawati alias Galuh, pemilik usaha kreatif The Semut di rumahnya, Jalan Prafon V No 18, Rawamangun, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Di ruangan kerjanya yang berukuran 3x4 meter persegi itu terdapat beberapa rak, tempat peraga berbagai produknya. Di sebelah produk glass painting, terdapat berbagai toples hias dengan beragam kreasi berbeda.
Sesuai tema yang diusung tahun lalu, "Save Our Earth", Galuh menampilkan aneka toples hias dengan memakai bahan daur ulang alias limbah, seperti, karung goni, kerang-kerangan, bunga kering dari jagung, kertas semen hingga kulit pembungkus tahu.
 
"Tapi, tema untuk tahun ini, masih dirahasiakan karena khawatir ditiru oleh pesaing kita. Tema barunya akan diluncurkan sekitar bulan Juli mendatang," tambahnya.
Di samping memberi tema untuk marketing, The Semut juga mengeluarkan produk baru setiap tahun. "Kita selalu bikin sesuatu yang baru agar orang tidak bosan," ujarnya.
Dengan kreativitas dan keuletan, bisnis The Semut makin berkembang. Tahun lalu, omsetnya mencapai Rp 42 juta, dan khusus bulan Puasa nilainya mencapai Rp 20 juta. Menariknya, sekitar 90 persen penjualannya lewat online. "Mungkin untuk pasar Jakarta, tren toples hias itu sudah lewat. Tapi, untuk Sumatera dan Kalimantan, pasarnya masih bagus," kata ibu dua anak ini.

Apa yang dilakukan Galuh sekali lagi menunjukkan bahwa berbisnis bisa dilakukan dari rumah dengan memanfaatkan teknologi internet dan passion yang ada. "Saya memulai usaha kreatif ini tahun 2006. Sebab, saya bukan orang yang senang kerja di kantor. Passion saya di bidang usaha kreatif, ya, itu saja ditekuni," ujar alumnus Fakultas Psikologi Universitas YAI, Jakarta ini.
Galuh juga memilih usaha ini karena bisnisnya unik dan belum banyak pesaing. Kemampuannya melukis dan terampil membuat barang-barang kerajinan diperolehnya secara otodidak.
"Intinya, semua usaha kalau diseriusin, Insya Allah pasti maju. Bisnis saya bikin toples hias, ternyata bisa berkembang. Kelihatan jelas perkembangannya dari bulan ke bulan; tahun ke tahun," kata istri Triyana ini. Triyana adalah karyawan pabrik motor terbesar di Indonesia. Dia sangat mendukung usaha bisnis istrinya. Bahkan, Triyana sendiri sudah mulai terjun dalam bisnis kerupuk sejak tiga tahun lalu.
"Saya suka bantu bisnis kerupuk, apalagi kalau ide kreatif saya lagi mandek atau pasar lagi sepi. Ya, barang kerajinan ini kan bukan kebutuhan pokok. Ini barang untuk seru-seruan saja, untuk kesenangan bagi mereka yang punya uang belanja lebih," ujar Galuh.
Ketika memulai usahanya tahun 2006, Galuh belum menggunakan toko online. "Waktu itu, saya memasarkan toples hias itu lewat teman-teman saya. Tahun pertama, usaha saya masih mengandalkan pasar Lebaran," katanya.
Dengan memanfaatkan bisnis online, pasarnya bisa dikembangkan menjadi sepanjang tahun dan menyebar ke berbagai daerah, seperti, Palembang, Medan, Bengkulu hingga Pontianak, Banjarmasin dan Lombok.
Lewat sharing dengan sesama pengusaha dan terus belajar, Galuh dan Triyana makin piawai mengelola bisnisnya. Bayangkan untuk memasuki pasar tahun 2011, mereka sudah menyiapkan produk baru. "Untuk survive kita dituntut untuk kreatif," ujar Galuh.
(seperti yang di ceritakan sdr. Herry Sinamarata)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More