Selasa, Juni 22, 2010

Modalnya Kemampuan Membaca Peluang

Awalnya Hendro Dwi (33) adalah karyawan sebuah kontraktor swasta di Jakarta. Selama berkerja sebagai karyawan, Hendro, yang menyandang gerlar sarjana teknik sipil dari ITS Surabaya itu, merasakan benar2 bertanya hidup keseharian yang harus ditempuhnya sebagai karyawan orang.
Setiap hari pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 26 Juli 1976 itu harus berangkat pagi-pagi dari rumahnya di Pondokgede menuju kantornya di Jakarta. Sementara pulangnya larut malam. bahkan tidak jarang baru esok paginya. Belum lagi ritme kerjanya tidak teratur dan pada Sabtu atau Minggu sering diwajibkan masuk kantor.Kondisi menyiksa seperti itu harus dia alami dan dirasakan selama kurang lebih empat tahun, sejak suami Ruth Puspita Dewi ini merantau ke Jakarta pada 2003. Hingga suatu hari Hendro tak tahan lagi menghadapi kondisi kerja yang dirasakannya sangat menyiksa."Saat itulah muncul dorongan dalam diri saya untuk mandiri sebagai seorang wirausaha. Dorongan itu makin lama makin kuat," kata ayah Gema Satria ini. Namun Hendro belum tahu apa yang harus dilakukannya pada saat itu. Belum ada ide yang melintas di benaknya yang dianggap sesuai dengan keadaannya untuk memulai "hidup baru" dan diharapkan menjadi lompatan untuk pindah kuadran, dari karyawan menjadi wirausahawan. Namun pertengahan tahun 2007 agaknya menjadi momen yang penting dalam hidupnya. Secara tidak sengaja Hendro mengunjungi suatu pameran franchise yang berlangsung di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta

 


Setelah berjalan ke sana ke mari di arena pameran, penglihatan dan pikirannnya menangkap bahwa gerobak-gerobak (sering disebut dalam bahasa Inggris booth) milik para peserta pameran belum tergarap dengan baik dari sisi model maupun desainnya. Merdeka... Hendro pun menemukan sebuah ide untuk mengembangkan suatu usaha, membuat gerobak modern.
Merumuskan dan merealisasikan

Sepulang dari pameran, Hendro pun langsung mengutak-atik hasil temuannya itu. Dia mencoba mendekatinya dari berbagai kemungkinan namun semuanya tetap tertuju pada satu arah, yakni membangun usaha agar bisa berpindah kuadran. Setelah berhasil merumuskan gagasan sampailah Hendro pada suatu titik yang terfokus, yakni ada peluang besar untuk membangun usaha yang spesial, yakni membuat gerobak modern bagi mereka yang bergerak dalam usaha franchise atau waralaba di bidang makanan, dan UMKM pada umumnya. "Setelah itu saya memberanikan diri merancang strategi untuk membangun usaha membikin gerobak modern itu," katanya. Selanjutnya strategi untuk membangun usaha pun ditemukan, yakni mewujudkannya dalam usaha pembuatan gerobak modern itu. Setelah langkah pertama dapat dimulai, pada akhir 2007 Hendro memberanikan diri keluar dari tempat kerjanya. Dia langsung memasuki langkah awal, yakni membuat desain dan model. Lazimnya setiap pengusaha menjalani langkah awal bisnisnya, Hendro pun bergerak mencari pasar untuk produk dan layanannya. Dia belajar dengan cepat bahwa di dunia usaha, produk sebagus apapun tidak akan berarti jika tidak memiliki pasar yang jelas. Karena itu tak menunggu lama dia mulai menawarkan produk dan jasa pembuatan gerobak modern dengan mengirimkan penawaran ke perusahaan-perusahaan franchise di Indonesia melalui email. Namun Hendro tahu bahwa upaya meraih keberhasilan bukanlah perkerjaan membalik telapak tangan. Penawarannya tidak langsung membuahkan hasil. "Saya sempat harus menunggu satu bulan dan tidak ada orderan sehingga dihinggapi kecemasan," katanya mengenang pengalamanya pada bulan-bulan pertama usahanya.
Setelah melawati masa tunggu selama sebulan, orderan pertama pun muncul. Sebuah perusahaan franchise terkenal meminta dibuatkan gerobak modern. Mereka mengaku tertarik karena harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan bahan yang digunakan pun sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
"Karena mereka baru mengenal saya, awalnya saya hanya diminta membuat satu gerobak soto dan satu set meja counter dengan desain yang sudah mereka persiapkan. Saat itu yang saya janjikan adalah kesanggupan untuk menyelesaikan orderan itu dalam waktu seminggu. Saya melibatkan beberapa tukang agar waktu penyelesaiannya sesuai janji saya," katanya. Setelah order pertama terpenuhi, secara perlahan order-order berikutnya berdatangan. Hendro pun melihat bahwa usahanya berpeluang untuk berkembang. "Saat itu saya melihat usaha ini ternyata makin dikenal orang. Tapi saya sempat bingung bagaimana caranya supaya bisa berkembang," kata Hendro kembali mengenang usaha yang berlokasi di Komplek Bulog, Jalan Yanatera XVI Pondokgede Bekasi, Jawa Barat itu.
Peka terhadap saran

Pada 2008 Hendro berkenalan dengan pemilik merek franchise yang pertama kali mengorder gerobak buatannya. Kebetulan pemilik frnachise itu sering menjadi mentor di dunia bisnis di sekator UKM. Perkenalan itu membawa Hendro ke langkah berikut. Dia kerap mendapatkan pendampingan bisnis sebagai pembuat gerobak modern. "Awalnya dimulai dengan merek. Beliau menyarankan agar saya membuat merek yang unik untuk usaha ini. Sehingga usaha pembuatan gerobak saya ini saya namai 'Rajane Gerobak'. Selain itu beliau juga menyarankan agar saya membuat website dan brosur untuk disebarkan dalam pameran-pameran franchise atau UKM," katanya. Mendapatkan saran-saran itu Hendro pun melangkah lebih lanjut. Dia langsung membuat brosur dan website.Kemudian setiap ada kegiatan pameran franchise dan UKM dia langsung menyebarkan brosur yang ditujukan kepada peserta pameran. Hendro juga melaksanakan anjuran agar dirinya memberikan pelayanan lebih dalam menjalani usahanya. Di antaranya memberikan bantuan desain untuk gerobak yang akan dibuat. Sementara untuk bahan yang digunakan dia dianjurkan untuk menjadi spesialis pembuatan gerobak (booth) modern dengan bahan kayu, multiplek dan aluminium dan bahan cat yang tahan air dan cuaca. Semua saran dia ikuti. Alhasil, setiap kali suatu kegiatan pameran berakhir, Hendro kebanjiran pesanan dari kalangan usaha franchise dan UKM. Awalnya mereka yang memesan adalah usaha yang bergerak di bidang makanan. Sebut saja usaha bakso, soto, bebek, cendol, dawet, kebab, gorengan, es buah, teh, dan lain-lain. Lama-lama pesanan yang ditujukan kepada Rajane Gerobak tidak terbatas hanya pada gerobak dan pemesannya pun tidak hanya datang dari pelaku usaha di bidang makanan, melainkan juga usaha di luar makanan. Selain gerobak, Hendro juga mendapatkan pesanan etalase, meja counter, meja rumah makan, rak, almari untuk laundry, dan sebagainya."Pemesan juga datang dari berbagai tempat. Kalau pada awal-awal hanya datang dari wilayah Jabodetabek, saat ini banyak yang datang dari luar Jabodetabek. Malah sebagian mulai datang dari luar Jawa," katanya. (seperti yang di utarakan sdr. Willy Pramudya)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More